Pasar kerja Jerman yang dikenal sangat kompetitif menuntut para profesional, termasuk dari kalangan diaspora Indonesia, untuk memiliki lebih dari sekadar keahlian teknis. Menjawab tantangan tersebut, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PCINU Jerman, bekerja sama dengan Nusantara Islamic Center (NUIC), mengambil inisiatif strategis dengan menggelar “Aswaja Youth Leadership Summer Camp” pada Jumat, 6 Juni 2025 lalu.
Acara yang merupakan bagian penting dari rangkaian “Gebyar Dzulhijjah 1446 H” ini diselenggarakan pada Jumat, 6 Juni 2025 lalu. Bertempat di kantor pusat Techbros GmbH di Düsseldorf, pelatihan ini dirancang sebagai kawah candradimuka untuk memperkuat kompetensi kepemimpinan dan membangun jaringan solid di antara generasi muda Indonesia yang sedang meniti karier di Jerman.
Untuk memastikan materi yang disampaikan relevan dan berbobot, pelatihan ini menghadirkan tiga praktisi Indonesia yang memiliki pengalaman profesional yang panjang dan memegang posisi kunci di perusahaan-perusahaan ternama di Jerman. Mereka adalah Yudhi Rahadian (CEO Techbros GmbH), Erwin Rizali (Direktur Huawei), dan Miftah El Azmi (Project Engineer di perusahaan konstruksi raksasa, Züblin AG).
Sesi berjalan dinamis dan interaktif. Yudhi Rahadian, dengan pengalamannya sebagai pendiri perusahaan teknologi, menekankan pentingnya mindset kewirausahaan dan keberanian mengambil risiko yang terukur. Sementara itu, Erwin Rizali membedah strategi kepemimpinan yang efektif baik dalam dunia profesional maupun dalam konteks tradisi keislaman. Melengkapi keduanya, Miftah El Azmi berbagi wawasan mengenai peran generasi muda Muslim dalam membangun peradaban dunia.
“Sebagai seorang pengusaha muslim, penting kiranya untuk memikirkan bagaimana produk profesional yang kita hasilkan tidak hanya berorientasi keuntungan secara ekonomi, melainkan juga menguntungkan secara sosial. Tidak mudah, memang!” jelas Yudhi Rahadian. Agar memperoleh perhatian pasar, menurutnya, self-branding dan menjaga kepercayaan (trust) menjadi modal utama dalam meniti karir profesional.
Keberhasilan acara ini tercermin jelas dari antusiasme dan keberagaman 30 peserta yang hadir. Mereka datang dari berbagai kota seperti Köln, Aachen, Frankfurt, Darmstadt, hingga peserta yang menempuh perjalanan jauh dari negara bagian Bayern.
Latar belakang mereka pun menjadi potret mini diaspora Indonesia di Jerman: ada peserta program vokasi (Ausbildung) bidang keperawatan, relawan sosial (FSJ) yang sedang mencari arah karier, mahasiswa S1 Teknik, mahasiswa S2 dari berbagai disiplin ilmu, kandidat doktor (S3) yang ingin mempersiapkan karier pasca-riset, bahkan seorang dokter profesional yang ingin mempertajam kemampuan manajerialnya.
Salah satu testimoni datang dari Siti Nurbaitillah, seorang peserta dengan latar belakang program vokasi (Ausbildung). Ia mengungkapkan apresiasinya terhadap relevansi acara tersebut dengan kehidupan diaspora.
“Saya merasa sangat bersyukur bisa ikut serta dalam acara Leadership Summer Camp ini. Acaranya benar-benar seru, menyenangkan, dan jauh dari kata membosankan,” ujar Siti. “Yang paling berkesan bagi saya adalah diskusi dan sharing tentang bagaimana menjadi seorang Muslim yang tinggal di negara dengan mayoritas non-Muslim. Topik ini sangat relevan dan membuka wawasan saya tentang pentingnya menjaga identitas keislaman, sekaligus tetap mampu beradaptasi secara positif dengan lingkungan sekitar,” tambahnya.
Ketua Lakpesdam PCINU Jerman, M. Zaki Fahmi, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari khidmah (pengabdian) organisasi kepada warganya. Menurutnya, sukses di dunia profesional adalah salah satu bentuk dakwah bil-hal (dakwah melalui perbuatan nyata).
“Kami ingin membekali generasi muda kita agar bisa memimpin dengan iman untuk membentuk masa depan bersama. Kami percaya bahwa kesuksesan profesional yang dilandasi integritas dan nilai-nilai spiritual akan memberikan dampak yang jauh lebih besar, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi citra positif komunitas Muslim Indonesia di Eropa,” tegas alumni Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta yang sedang menempuh jenjang master ilmu kimia di Universität Bonn ini.
Sebagai bagian dari “Gebyar Dzulhijjah 1446 H” yang juga mencakup kegiatan ibadah Sholat Idul Adha dan silaturahmi Halal bi Halal, Summer Camp ini menjadi pilar penting yang menunjukkan keseimbangan antara penguatan spiritual dan pengembangan intelektual komunitas. Acara ini diharapkan menjadi titik awal terbentuknya sebuah ekosistem yang suportif, dengan rencana tindak lanjut untuk memastikan dampak jangka panjang bagi para alumni.