• Email: info@pcinu.de
Sejarah NU & PCINU Jerman
Sejarah NU & PCINU Jerman

SEJARAH NU

Akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan terus menyebar - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Merespon kebangkitan nasional tersebut, Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) dibentuk pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar).

Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Berangkat dari munculnya berbagai macam komite dan organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, karena tidak terakomodir kyai dari kalangan tradisional untuk mengikuti konperensi Islam Dunia yang ada di Indonesia dan Timur Tengah akhirnya muncul kesepakatan dari para ulama pesantren untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Kota Surabaya. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasjim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Ada banyak faktor yang melatar belakangi berdirinya NU. Di antara faktor itu adalah perkembangan dan pembaharuan pemikiran Islam yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni. Sebuah pemikiran agar umat Islam kembali pada ajaran Islam "murni", yaitu dengan cara umat islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab. Bagi para kiai pesantren, pembaruan pemikiran keagamaan sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan, namun tetap tidak dengan meninggalkan tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. Untuk itu, Jam'iyah Nahdlatul Ulama cukup mendesak untuk segera didirikan.

Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasjim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.


SEJARAH PCINU Jerman

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Jerman, atau yang lebih dikenal sebagai PCINU Jerman, adalah organisasi keagamaan sekaligus kemasyarakatan di Jerman yang bertujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan, serta mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dalam kerangka besar organisasi, PCINU Jerman berinduk kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Embrio PCINU Jerman sejatinya sudah muncul sejak lama berupa komunitas warga nahdliyin, istilah yang sering dipakai untuk merujuk kepada kelompok masyarakat yang berafiliasi ke Nahdlatul Ulama (NU) baik secara kultural maupun struktural, yang tersebar di berbagai kota besar Jerman seperti Berlin, Frankfurt, Bonn, Göttingen, dan Leipzig. Diinisasi oleh Suratno (Universitas Frankfurt), Syafiq Hasyim (Universitas Freie Berlin), Asfa Widiyanto (Universitas Bonn), Jaenal Effendi (Universitas Goettingen), Arli Parikesit (Universitas Leipzig), PCINU Jerman kemudian diformalkan sebagai suatu organisasi dalam sebuah pertemuan pada tanggal 16-17 April 2010. Hal ini dilakukan sebagai jawaban atas dua tantangan. Pertama, mengikuti pembentukan cabang-cabang istimewa NU yang sudah terbentuk di berbagai negara di benua Asia, Afrika, Australia, Amerika, serta negeri-negeri di benua Eropa. Kedua, semangat mengglobalkan visi-misi keislaman NU yang toleran, moderat, dan berjuang untuk rahmatan lil-‘alamin di Jerman yang dikenal sebagai ‘ranah gagasan’ (Land der Ideen).

PCINU Jerman telah melalui tiga masa kepengurusan yang masing-masing dipimpin oleh Suratno (Universitas Frankfurt) sejak awal berdirinya hingga tahun 2014, dilanjutkan oleh Zacky Khairul Umam (Universitas Freie Berlin) hingga tahun 2017, dan kemudian oleh Muhammad Rodlin Billah (Institut Teknologi Karlsruhe) hingga saat ini. Ketiganya terpilih sebagai ketua tanfidziyah (pelaksana harian) secara mufakat melalui musyawarah anggota. Hingga hari ini, PCINU Jerman telah memiliki anggota aktif lebih dari 75 orang yang kini semakin tersebar di berbagai berbagai penjuru Jerman seperti Bremen, Hamburg, Köln, Kassel, Duisburg, Dresden, München, Heidelberg, Mannheim, Karlsruhe, Stuttgart, Tübingen, Aachen, Freiburg, hingga Ilmenau.

Sebagai salah satu bentuk pengamalan visi-misi keislaman NU yang toleran dan moderat, disamping mengadakan kegiatan-kegiatan keislaman, PCINU Jerman juga senantiasa mengadakan kegiatan-kegiatan kebangsaan maupun sosial untuk terus memupuk rasa cinta terhadap tanah air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini tidak lain juga didukung dari sejarah panjang kontribusi Nahdlatul Ulama terhadap tanah air, baik sebagai jam’iyah (komunitas) maupun organisasi, pada masa sebelum, saat, dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diraih.

Kesemuanya tidak lepas dari fakta bahwa keislaman dan kebangsaan sejatinya memiliki keterkaitan yang harmonis, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah, Rais Aam PBNU periode 1947 – 1971, hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman).