Evolusi adalah sebuah pemikiran yang pertama kali dipopulerkan oleh Darwin. Sebagaimana ramai dituliskan di dalam textbookstandar, pemikiran ini diawali oleh observasi Darwin terhadap populasi burung di kepulauan Galapagos. Dari penilaiannya tersebut, Darwin mencirikan adanya variasi atau perbedaan-perbedaan luar dari paruh burung, yang ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan pola bagaimana mereka makan. Pola makan ini kemudian sangat unik karena sangat bergantung kepada geografi wilayah dan ketersediaan makanan di wilayah tersebut. Hal ini mendorong Darwin untuk berpikir dan menyimpulkan bahwa makhluk hidup memiliki keterhubungan dengan lingkungan tempat mereka tinggal, dan ada sebuah proses penyesuaian diri atau adaptasi yang terjadi pada makhluk hidup, sehingga makhluk tersebut mampu bertahan hidup di tempat mereka tinggal. Proses adaptasi inilah yang kemudian menjadi tema utama di dalam ilmu Evolusi.
Di dalam konteks modern, proses adaptasi telah diterima secara luas. Dan konsep serta ilmu Evolusi telah menjadi tulang punggung bagi ilmu kesehatan modern. Para ilmuwan telah menemukan bahwa proses adaptasi yang terjadi pada makhluk hidup ternyata meninggalkan ‚jejak‘ tidak hanya di level fenotip seperti yang tampak dari luar, namun juga sampai di level genetis yakni rangkaian struktur DNA dan Protein yang ukurannya sangat kecil (mickoskopis). Rangkaian DNA yang menjadi jejak evolusi ini juga disebut sebagai wilayah yang terkonservasi atau ‚conserved region‘ karena wilayah DNA ini banyak ditemukan dalam berbagai makhluk spesies berbeda. Selain dari susunan amino acid yang sama, mereka sebagiannya juga mengekspresikan produk protein yang sama, serta memberikan reaksi respon yang sama juga saat diberikan molekul tertentu.
Kenyataan ini kemudian sangat membantu dalam pengembangan ilmu kesehatan masa kini, contohnya pengembangan obat-obatan, baik obat yang berasal dari sintesa kimia, maupun dari ekstrak alami atau ‚bioproduct‘. Saat ini, sudah banyak peta genome berbagai makhluk hidup yang tersimpan dan tercatat rapi di berbagai database lembaga penelitian internasional. Lewat database tersebut, peneliti atau industri dapat mengetahui wilayah-wilayah genetik yang bisa dijadikan target bagi molekul obat yang mereka kembangkan. Melalui proses percobaan di laboratorium, obat-obat ini kemudian dicobakan terlebih dahulu pada organisme lain yang memiliki kesamaan dalam target genetik dan protein dengan manusia, semisal tikus ataupun primate, berdasarkan ‘conserved region’ tersebut. Bilamana sukses, maka obat-obat tersebut akan dilanjutkan untuk menjalani proses percobaan klinis atau ‘clinical trial’ pada pasien. Dalam berbagai skema percobaan klinis di era modern saat ini, juga diperhatikan bagaimana pengobatan tersebut berpengaruh kepada pasien dari sisi genetik dan level protein di dalam tubuhnya.
Dengan demikian dapat dipahami bagaimana ilmu Evolusi yang memberi kita kesadaran akan proses adaptasi telah juga memberikan toolkit bagi penelitian kesehatan modern yang berusaha untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang diderita manusia. Karena adanya proses adaptasi yang terjadi selama ribuan bahkan jutaan tahun, telah melahirkan berbagai variasi dan juga konservasi. Dengan didasarkan pada konservasi inilah maka manusia bisa melakukan trials pada organisme lain sebelum kemudian melakukan percobaan pada pasien. Di era modern ini, Evolusi merupakan ilmu yang integral dalam kehidupan kita, baik kita sadari maupun tidak. Adalah sangat penting bagi kita untuk mempelajari, memahami dan mengambil manfaat darinya, sebagai tanda syukur ke hadirat Allah SWT.