Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan yang digaungkan oleh dua organisasi Islam terbesar di dunia asal Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah merupakan implementasi dari Islam Wasatiyah atau Islam Jalan Tengah, menurut Prof. Dr. Sir. Azyumardi Azra Guru Besar Sejarah UIN Jakarta dalam lawatannya ke Berlin, Jerman. Berbeda dengan di Timur Tengah, dimana Islam sering dimanfaatkan dalam konflik politik, di Nusantara Islam berhasil memberi semangat persaudaraan dan menyatukan lebih dari 700 etnis yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. Walaupun terdapat sedikit perbedaan pendapat, NU dan Muhammadiyah telah mampu membuktikan bersatu sebagai perekat dan membantu menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa.
Di Aula KBRI Berlin, Prof. Azra juga berkesempatan untuk berdiskusi dengan beberapa guru besar dari universitas-universitas ternama di Jerman: Beliau juga menceritakan bahwa di Nusantara, Islam tidak menghapus budaya lokal, tetapi memperkaya dan mengarahkan budaya lokal sehingga Islam dapat diterima masyarakat dengan baik. Pengaruh budaya lokal ini justru membuat masyarakat Nusantara lebih Islami dibanding rata-rata masyarakat Timur Tengah, misalnya jumlah muslim yang berpuasa di bulan Ramadan dan menunaikan shalat Jumat jauh lebih banyak dibandingkan di Timur Tengah.
Di lain kesempatan, sejumlah ulama dan imam dari kota Berlin juga berkesempatan berdialog dengan Prof. Azra dengan didukung oleh KBRI, PCINU Jerman yang dimotori oleh wakil ketua Tanfidziyah-nya Muhammad Husein Alkaff, PCIM, dan beberapa organisasi Islam lainnya. Para ulama dan imam tersebut, yang berlatar belakang berbagai etnis, seperti Jerman, Turki, Pakistan, Malaysia, Ukraina, dll., menyatakan kekaguman akan Islam Nusantara dan Berkemajuan. Beberapa menyatakan keharmonisan kehidupan Islam Nusantara dan Berkemajuan tidak mereka jumpai di negara mereka.
Dalam melengkapi lawatannya kali ini, Prof. Azra juga berkunjung ke Institut für Islamische Theologie (IIT) Universität Osnabrück untuk berdiskusi dengan salah satu dosennya yaitu Dr. Mahmud Kellner. Prof. Azra kali ini didampingi oleh Ustad Gery Vidjaja dan Prof. Hendro Wicaksono dari Mustasyar PCINU Jerman dan juga Bapak Hanan dari KBRI Berlin. Dalam diskusi santai tersebut, Dr. Kellner menyampaikan permasalahan aktual di Jerman yaitu radikalisme, islamofobia, dan susahnya mencari ulama Ahlul Sunnah wal Jamaah yang mempunyai ilmu yang tinggi sekaligus mampu berdakwah kepada generasi milenial dengan tepat sasaran. Generasi muslim milenial di Jerman, di satu sisi banyak yang keluar dari nilai-nilai Islam, tetapi sisi lain banyak juga yang terjangkit virus radikalisme. Walaupun begitu, masih banyak diantara mereka yang datang ke masjid di bulan Ramadan untuk sholat dan berbuka bersama. Mereka sepakat akan perlunya metode dakwah yang efektif untuk para generasi milenial ini tanpa meninggalkan substansi Islam.
Prof. Azra juga berkesempatan memberi ceramah di Cordoba e.V.Osnabrück. sebuah organisasi pendidikan Islam dan dialog antar budaya yang dipimpin oleh Dr. Mahmud Kellner. Dalam ceramah yang dihadiri oleh sekitar 30 anggota Cordoba e.v., Prof. Azra menceritakan sejarah dakwah Islam Nusantara yang dimotori oleh para Sufi pengembara. Dakwah Islam Nusantara berfokus pada Syariat dan Tasawuf yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain bagaikan dua sisi mata uang. Ceramah tersebut disambut dengan antusias oleh hadirin yang pada umumnya tidak mengenal Islam di Indonesia.
Kunjungan ke Osnabrück tersebut diakhiri dengan kesepakatan tentang rencana pengiriman ulama dan dosen dari Indonesia untuk mengajar di IIT Universität Osnabrück dan juga Cordoba e.v. dengan dibantu oleh KBRI Berlin dan PCINU Jerman.