Penulis: "Gus Ubed"
Berlin, Sabtu 9 November 2019 yang bertepatan dengan 12 Rabi’ul awwal 1441, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, menjadi catatan momentum sejarah yang penting bagi PCINU Jerman. Dalam rangka menyambut Maulid Nabi 1441 H dan hari Santri yang ke-74, PCINU Jerman bekerja sama dengan organisasi masyarakat Islam lokal Berlin Islamische Akademie Berlin e.V. menggelar perayaan Maulid Nabi SAW di sebuah ruangan milik Oganisasi Masyasarakat Pemuda Muslim Mancanegara bernama I,Slam. Kegiatan dalam acara ini terdiri atas dzikir solawat Alfaatih, pembacaan Maulid Simtudduror, mauidhah hasanah dan sebagai puncaknya adalah pembukaan ngaji kitab Adabul Alim wal Muta’allim, karya hadratus syekh KH. Hasyim Asy'ari, yang disampaikan dalam Bahasa Arab dan Jerman. Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 70 muslimin dari berbagai Kota seperti München, Heidelberg, Stuttgart, Hamburg, Frankfurt, Wiesbaden, Wismar, Kaiserslautern, Cottbus, Dresden dan Berlin. Selain itu, hadir juga muslimin Berlin yang berasal dari Mancanegara. Peserta yang hadir juga datang dari berbagai elemen masyarakat muslim, seperti para habaib, Kyai hingga dari kalangan anak-anak.
Acara dimulai tepat pada pukul 09:30, diawali dengan pembacaan dzikir solawat Alfaatih yang dipimpin oleh Rais Syuriah PCINU Jerman, KH. Syaeful Fatah. Dilanjutkan dengan Pembacaan Maulid Simtudduror, karya Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, yang diselingi dengan qasidah-qasidah dengan tabuhan rebana khas Nusantara yang dipersembahkan oleh tim Hadrah PCINU Jerman. Untaian-untaian Syair dibaca secara bergantian oleh para Nahdliyyin dan tetamu yang hadir yang berasal dari mancanegara. Diawali pasal 1 oleh KH. Syaeful Fatah, Gus Wahyu dan Rayyan untuk pasal 2, Ahmad Hassan (Yaman) untuk pasal 3 dan 4, dan dilanjutkan oleh Khalil Ashraf (Mesir) dan Sayyid Jamal Kamal (Palestina). Pasal 6, 7, dan 8 dibacakan oleh Habib Husein Al-kaff, Habib Muhammad Mulahela, dan Albiruni. Pembacaan doa dibacakan oleh Jamal Kamal. Terakhir, momen ketika Mahlul Qiyam dibacakan dan diiringi dengan tabuhan rebana khas Nusantara membuat seluruh hadirin bernostalgia serasa sedang berada di Pesantren tradisional di Indonesia.
Acara kemudian dilanjutkan dengan mauidhah hasanah yang disampaikan oleh KH. Syaeful Fatah. Dalam penyampaiannya, beliau menekankan pentingnya peranan cinta kepada Rasulullaah SAW dan keluarganya dengan mengutip satu Hadits yang berbunyi „Ajarilah anakmu mencintai Rasulullah, keluarganya dan membaca Alquran“. KH. Syaeful Fatah juga menekankan berdasarkan Hadist tersebut bahwa cinta Rasul dan keluarganya yang diucapkan terlebih dahulu menandakan bahwa cinta Rasul lebih utama dari membaca Alquran. Ia menambahkan bahwa membaca Alquran saja tanpa disertai dengan cinta Rasul maka tidak mendapatkan Syafa’at.
Saat istirahat setelah Shalat dzuhur berjamaah sambil menikmati Nasi Kebuli Kambing, Bapak Duta Besar Arief Hafas bersama tetamu dari mancanegara berdiskusi santai membahas strategi dakwah Islam Rahmatan lil’alamin di Jerman. Beliau juga mengundang para tamu mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia untuk melihat suasana Pesantren dan kehidupan sosial di Indonesia. Suasana makan siang berubah menjadi tabuhan rebana terbangan dengan qasidah Tala’albadru a’laina ketika menyambut kedatangan Syekh Abdulhaq Maskan ke dalam ruangan menandakan acara utama ngaji Kitab akan segera dimulai.
Kegiatan ngaji kitab Adabul Alim wal Muta’allim terinspirasi oleh kajian rutin bulanan PBNU dengan Al-Habib Umar bin Hafidz. Kegiatan ngaji kitab yang diadakan di Berlin ini disampaikan oleh Syekh Abdelhaq Maskan ibn Abdelkabir Alhassani, seorang Ulama asal Maroko, murid dari Habib Umar bin Hafidz yang aktif berdakwah dan mengajar Aqidah, Fiqih dan Adab di beberapa Mesjid di Berlin. Kegiatan ngaji kitab diawali dengan membacakan biografi singkat penulisnya, hadratus syekh Hasyim Asy'ari, yang juga merupakan pahlawan nasional Indonesia dan pendiri organisasi masyarakat Islam terbesar Indonesia, Nahdlatul Ulama. Biografi yang di bacakan meliputi riwayat hidup dan sejarahnya dalam menuntut ilmu agama serta sumbangsihnya terhadap Bangsa Indonesia. Pembacaan biografi ini dibacakan dua kali, pertama dalam Bahasa Indonesia oleh Gus Mirza Ketua PCI PMII Jerman dan kedua oleh Gus Bobby dalam bahasa Jerman. Ngaji kitab Adabul Alim wal Muta’alim kemudian diresmikan dengan sambutan KH. Syaeful Fatah dan Bapak Duta Besar Ariv Havas Oegroseno yang dilanjutkan dengan pemberian hadiah kitab Adabul Alim wal Muta’allim kepada tetamu yang hadir, termasuk tamu dari Palestina, Turki, Jerman, Syria, Yaman dan Afghanistan.
Ngaji kitab dilakukan dengan membacakan versi Bahasa Arab oleh KH. Syaeful Fatah, lalu di terjemahkan kedalam Bahasa Jerman dan dijelaskan oleh Syekh Abdulhaq. Bagian awal kitab Adabul Alim wal Muta’alimy yang berisikan tentang Hadist dan pendapat para ulama kaitannya dengan adab pencari ilmu menjadi bahasan pokok pada kajian tersebut. Peserta yang hadir menyimak penjelasan kitab dengan antusias dan hikmat.
Selain acara ngaji kitab, juga menjadi highlight bagi para Nahdliyyin yang hadir adalah tabuhan rebana khas Indonesia yang dibawakan oleh tim Hadrah PCINU Jerman. Personilnya terdiri dari berbagai Kota, Hilal dari Wismar, Alif dari Kaiserslautern, Gus Bobby dari Hamburg dan Albiruni dari Duisburg sebagai pemimpinnya. Sebagai qari/ penyanyi qasidahnya dipimpin oleh Muhammad Arrayyan dari Stuttgart.Sehari sebelumnya, tim Hadrah PCINU Jerman juga mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam menghidupkan Maulid Nabi rutinan “Dhiyya Ullamiy” di Masjid Palestina Darul Hikmah atau Haus der Weissheit (Rumah Kebijaksanaan). Membawakan qasidah “annabi shallu alaih” di medley dengan “Ya Rasulallah ya ya Nabi”, salawatan dengan ciri khas Indonesia yang ceria mendapatkan sambutan yang hangat dan respon positif dari jamaah yang hadir di masjid. Kehadiran tim Hadrah PCINU Jerman menginspirasi kami dan kami harapakan tim Hadrah PCINU Jerman untuk terlibat kembali dalam acara-acara mendatang, sahut Sayyid Jamal Kamal, salah satu pengurus utama Ormas Islam “Islamische Akademie Berlin e.V.” . Pembacaan solawat dan qasidah yang diiringi oleh tabuhan rebana khas Indonesia selain memberikan sarana melepas rindu para nahdhiyin, juga menawarkan jalan baru dalam dakwah Islam Nusantara di bumi Jerman.
Rencananya, kegiatan ngaji Kitab ini akan terus berjalan secara rutin satu atau dua kali dalam sebulan. Harapannya selain menjadi promosi PCINU Jerman dalam mengenalkan Islam Nusantara melalui jalur ngaji kitab dan tradisi, juga semoga dapat menjadi bagian dari peranan dakwah Islam Rahmatan lil’alamin PCINU Jerman yang bisa membawa manfaat dan berkah bagi masyarakat muslim Jerman, terutama di Berlin.