Hari Ahad, 18 Februari 2018, lalu menjadi salah satu hari yang tak terlupakan bagi Ustadz Trigerya V. Vidjaja sekeluarga. Beliau kedatangan sekitar 75 tamu dari berbagai kota di Jerman di rumah dan musholla beliau, Ar-Raudhah. Undangan berdatangan mulai dari ujung selatan Jerman, kota Karlsruhe, hingga ujung utara, kota Bremen, serta kota-kota lainnya seperti Stuttgart, Heidelberg, Kassel, Braunschweig, Berlin, Zwickau, hingga Hamburg. Seakan tak ingin kalah, sebagian jamaah juga turut hadir meskipun tinggal di Belanda maupun Belgia. Kesemuanya hadir dalam rangka peringatan Maulid Nabi SAW dengan agenda utama pembacaan maulid Simtudduror Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Dari sekian banyak tamu beliau, terdapat beberapa undangan khusus dari Belanda yaitu habib Mustafa bin Abdallah Alaydrus, habib Salim bin Mudh’hir Al-Hasyimi Ba’alawi, habib Muhammad habib Salim bin Husein Al-Attas, habib Umar Jailani, habib Abu Bakar Al-Attas, serta habib Najib bin Soleh Al-Habsyi yang tergabung dalam Majelis Maulid Amsterdam. Turut hadir habib Abdul Kadir Shihab dari Braunschweig, habib Muhammad Husein Al-Kaff yang juga wakil ketua tanfidziyah PCINU Jerman, habib Muhammad bin Hasan Mulahela dari Berlin serta habib Abdul Halim Al-Idrus dari Penang, Malaysia.
Acara yang merupakan kerjasama dari Keluarga Muslim Indonesia Bremen (KMIB) dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman ini dimulai tepat pukul 15:00 waktu setempat dengan pembacaan Ratib Al-Haddad kemudian diikuti dengan sholat ashar berjamaah. Tepat setelahnya, para undangan menikmati hidangan soto ayam yang telah disiapkan. Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari ustadz Gery, panggilan akrab Trigerya, selaku tuan rumah, ketua KMIB, sekaligus mustasyar PCINU Jerman. Beliau sangat bergembira mengingat jumlah tamu yang hadir melebihi harapan terutama sebagiannya merupakan keturunan Rasulullah SAW. Oleh habib Salim acara dilanjutkan dengan pembacaan biografi singkat habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, sebelum kemudian jamaah bersama-sama membaca surat Yasin dan tahlil yang juga diperuntukkan kepada sulthonul ulama al-imam al-habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri yang baru saja wafat. Maulid Simtudduror kemudian dibaca dengan dipimpin oleh para habaib yang hadir dilanjutkan dengan doa penutup yang dipimpin oleh kyai Maemun Fauzi, syuriah PCINU Jerman.
Sambil menunggu sholat maghrib, para undangan diminta untuk saling memperkenalkan diri, utamanya dari elemen syuriah, mustasyar, serta tanfidziyah PCINU Jerman dan PCINU Belgia yang turut hadir. Muhammad Rodlin Billah dan dr. Arif Wibowo selaku ketua tanfidziyah masing-masing PCINU memperkenalkan beberapa pengurusnya yang turut hadir. Termasuk diantaranya ialah Dr. Wahyu Wijaya Hadiwikarta, syuriah PCINU Jerman, dan kyai Bakhtiar Hasan, rais syuriah PCINU Belgia. Muncul harapan dari para habaib, bahwa rutinitas membaca maulid Simtudduror yang sudah mereka laksanakan lebih dari 20 tahun di Belanda ini dapat menjadi salah satu amalan para jamaah yang hadir khususnya warga nahdliyin. Harapan beliau, hal ini dapat menjadi bukti kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW serta dapat menjadi wasilah antara syafa’at beliau SAW dan kita. Acara perkenalan berakhir tepat saat masuk waktu maghrib sekitar pukul 18:00. Sejenak sebelum sholat maghrib, habib Umar mengajak para jamaah untuk sholat ghoib atas wafatnya habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri.
Pasca dzikir bersama, seakan tak ingin luput memanfaatkan momen ini, sebagian jamaah tak sungkan-sungkan untuk meminta doa barokah dari para habaib, bahkan beberapa diantaranya berhasil mendapatkan ijazah Ratib Al-Haddad. Muhammad Arrayyaan, pengurus PCINU Jerman yang juga mahasiswa Energi Terbarukan Universitas Stuttgart, mengatakan bahwa ia tidak menduga jika di Jerman dapat menemukan kembali tradisi maulid Simtudduror yang rutin dibaca di kampungnya di Banjar. Disana, sebagian besar masyarakatnya merupakan jamaah maulid Simtudduror Abah Sekumpul. Tak heran Rayyan, panggilan akrabnya, rela menempuh perjalanan sejauh 700 km dari Stuttgart menuju Bremen. Acara kemudian ditutup dengan makan malam bersama sebelum kemudian para jamaah kembali menuju rumah masing-masing.