Hari Sabtu, 1 Desember 2018 menjadi kebahagiaan yang sangat besar dan sebuah pengalaman yang sangat langka dirasakan oleh Jamaah Muslim di kota Bremen, Jerman. Sebuah Peringatan Maulid Nabi Shallallahu alahi wassalam yang dihadiri mencapai 150 Orang oleh Majelis Ta’lim Maulid Amsterdam dan Jamaah Indonesia dari berbagai kota di Jerman dan beberapa warga Muslim Turki, Afrika, Jerman dan Yaman serta sebagai inti acara adalah Mau’idhah Hasanah oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan yang dilakukan secara Online.
Kebahagiaan ini juga yang menjadi pesan sambutan yang disampaikan oleh Muhammad Husein Al-kaff selaku wakil ketua Tanfidziyah PCINU Jerman. Beliau mengutip penggalan dari Surat Yunus Ayat 58 yang berbunyi „Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. “Habib Husein menekankan bahwa Rahmat dan Nikmat yang terbesar adalah terlahirnya manusia teragung sepanjang masa, yakni Nabi Muhammad Shallallahu alahi wassalam. Peringatan Maulid ini menjadi cara kita mengekspresikan kebahagiaan kita dengan banyak bershalawat, bedzikir, berdoa dan mendengarkan Nasehat dari para Ulama. Sambutan juga disampaikan sebelumnya oleh tuan rumah bpk Gery Vidjaja yang juga Mustasyar PCINU Jerman dan ketua Keluarga Muslim Indonesia Bremen (KMIB), beliau menyampaikan pentingnya peringatan Maulid Nabi sebagai syiar Islam untuk kita sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar kita. Dimana di dalamnya kita dapat lebih mengenal dan mengenalkan Rasulullah Shallallahu alahi wassalam.
Acara yang merupakan kerjasama dari Keluarga Muslim Indonesia Bremen (KMIB) dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman ini dimulai setelah sholat Ashar berjamaah dengan pembacaan Asma’ul Husna yang dipimpin oleh Habib Salim bin Husein Al-Atas, tanpa jeda acara berlanjut dengan pembacaan Al-Fatihah yang dipimpin oleh Syaikh Umar Jaelani sebagi pembuka pembacaan Maulid Simtudduror Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang juga diiringi oleh lantunan Nasyid dan Qasidah yang dibawakan oleh Bapak Puji Luna dan Grup Nasyid Pemuda Bremen yang dipimpin oleh Fadhlan Vidjaja, anak keempat dari Pak Gery. Pembacaan Maulid ditutup dengan doa dilanjutkan dengan pementasan Theater oleh anak-anak yang tergabung dalam TPA Ar-Raudhah Bremen tepat menjelang waktu Maghrib.
Menjadi inti acara tersebut adalah Mau’idhah Hasanah yang disampaikan oleh Al-Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan tepat setelah selesai Sholat maghrib. Pesan-pesan yang disampaikan beliau adalah kehadiran Rasulullah Shallallahu alahi wassalam utk mempersatukan dan mengeratkan kasih sayang antar anggota masyarakat dengan akhlak yg mulia. Jauh dari permusuhan. Sehingga acara Maulid Nabi ini diharapkan juga menambah kasih sayang dan mengeratkan hubungan persaudaraan diantara kita.
Rasulullah adalah tauladan kita, beliau shallallahu alaihi wassalam selalu mengajak kita untuk berkasih sayang dan menjaga akhlak. Beliau adalah pemimpin para pejuang. Bahkan ketika marahpun beliau tetap menjaga akhlak dan kasih sayang. Beliau marah karena ingin menyelamatkan manusia, bukan untuk memaki, menyumpah dan jerumuskan orang. Marah beliau indah, marah beliau dengan akhlak mulia. Jadi kalau ada diantara orang yang mengaku pejuang tetapi suka memaki-maki orang lain dengan dalih membela agama atau membela Rasulullah, sesungguhnya dia bukan membela agama, bukan membela Rasulullah. Syaitan sifatnya ingin selalu menjerumuskan manusia ke neraka, sedang Rasulullah ingin menyelamatkan manusia.
Jadi hendaknya kita selalu berkasih sayang, mendoakan saudara kita termasuk mendoakan orang yang berbuat maksiat agar kita semua selamat dan dapat berkumpul bersama Rasulullah di akhirat kelak. Diakhir penyampaian ceramahnya Habib Husein menyampaikan kerinduan dari para Jamaah Eropa mendengarkan nasehat dan tausyiah dari para Habaib dan kiyai dari Tanah Air. Saat ini kami hanya bisa mendengarkan lewat jalur Online, menjadi harapan dan mimpi kami tahun depan Habib Jindan bisa hadir bersama kami di Jerman dan Eropa.
Maulid Nabi Shallallahu alahi wassalam 1440 H akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi PCINU Jerman, KMIB Bremen dan seluruh jamaah yang hadir. Setelah sholat Isya acara ditutup oleh Bapak Gerry dengan lantunan Nasyid berirama Burdah dalam bahasa Jerman yang liriknya diubah berisi asas-asas Ahlussunnah wal Jamaah yaitu Islam (Fikih), Iman (Aqidah) dan Ihsan (Tasawuf) dengan bantuan saudara Tobias, seorang Mualaf Jerman yang menikah dengan orang Indonesia dan pemutaran Video tentang Maulid Nabi oleh anak-anak TPA Ar-Raudhah Bremen. Selesai-nya acara ditutup dengan pembagian bunga mawar kepada tamu undangan dan ramah tamah sambil menikmati jamuan khas Indonesia, Nasi Kuning, Rendang dan lauk pauk lainnya. Didalam diskusi saat makan malam muncul sebuah gagasan agar Majelis akbar Maulid Nabi Shallallahu alahi wassalam di Eropa dapat diadakan secara rutin tiap tahunnya selama 4-5 kali di bulan Rabi’ul Awal di Belanda, Belgia dan Jerman.