Suasana khidmat dan penuh kehangatan menyelimuti perayaan Idul Adha 1446 H bagi masyarakat Muslim Indonesia di Jerman. Ratusan jamaah memadati beberapa kota di Jerman pada Jumat, 6 Juni 2025, untuk melaksanakan Sholat Idul Adha dalam sebuah kolaborasi yang unik.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian “Gebyar Dzulhijjah 1446 H”, sebuah perhelatan akbar yang diinisiasi oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman. Di Düsseldorf, acara terselenggara atas kerja sama PCINU Jerman dengan Nusantara Islamic Center (NUIC) dan didukung penuh oleh Techbros GmbH, sebuah perusahaan teknologi milik pengusaha Muslim Indonesia. Lebih dari 100 jamaah datang dari berbagai kota di negara bagian North Rhine-Westphalia (NRW), bahkan ada yang datang dari negara bagian lain seperti Frankfurt dan Coburg, menunjukkan antusiasme tinggi dari komunitas.
Di Düsseldorf, Muhammad Nida Fadlan (Ketua LTN PCINU Jerman) bertindak sebagai Imam sholat Idul Adha. Sementara itu, khutbah disampaikan oleh Prof. Dr. Media Zainul Bahri, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain di Düsseldorf, PCINU Jerman juga menyelenggarakan Sholat Idul Adha di Munich, di mana KH. Syaeful Fatah (Rais Syuriah PCINU Jerman) bertindak sebagai imam dan Mokhammad Khozin (Ketua MWC NU Munich) sebagai khatib.
Dalam khutbahnya di Düsseldorf, Prof. Media mengangkat tema kurban dengan metafora yang relevan dengan tantangan zaman. Ia mengingatkan bahwa Islam memiliki peradaban teks dan tradisi intelektual yang kaya.
“Nabi Ibrahim AS mendapat julukan Khalilullah (Kekasih Allah) salah satunya karena kedermawanannya yang luar biasa, beliau sangat senang menjamu tamu,” ujar Prof. Media, mengaitkan semangat berbagi dengan esensi kurban.
Puncak khutbahnya adalah ketika ia membahas simbolisme kambing dalam ibadah kurban.
“Secara tradisional, kambing selalu diikatkan pada sebuah patok agar tidak liar. Manusia di zaman modern ini juga harus memiliki ‘patok’ agar hidupnya terarah. Patok itu adalah syariat Islam yang bersumber pada Al-Qur’an, Hadis, Ijma, dan Qiyas,” tegasnya.
Ia kemudian memperkenalkan istilah “kambing modern” yang harus diwaspadai. “Hati-hati dengan ‘kambing-kambing modern’ seperti sekularisme, ateisme, dan paham-paham lain yang bisa melepaskan kita dari patokan agama. Bagi kita sebagai bangsa Indonesia, patokan itu juga diperkuat oleh Pancasila,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengaitkan kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang membangun Ka’bah sebagai simbol membangun tanah air untuk mewujudkan negara yang matsabatan linnasi wa amna—sebuah negeri yang maju, aman, dan menjadi pusat peradaban.
Selepas sholat, acara di kedua kota dilanjutkan dengan ramah tamah yang hangat. Para jamaah menikmati aneka hidangan khas Indonesia yang telah disiapkan, mempererat tali silaturahmi. Rangkaian ibadah di Düsseldorf kemudian disempurnakan dengan pelaksanaan Sholat Jumat, di mana A.M. Hisan Mudzoffar dari Lembaga Dakwah PCINU Jerman bertindak sebagai khatib.
“Gebyar Dzulhijjah 1446 H” sendiri dilaksanakan selama dua hari, 6-7 Juni 2025. Selain Sholat Idul Adha, agenda lainnya mencakup Aswaja Youth Leadership Summer Camp dan Halal bi Halal Masyarakat Indonesia di Jerman, yang dirancang untuk memperkuat keilmuan, kepemimpinan, dan persaudaraan komunitas WNI di Jerman.