Salah satu (kalau boleh disebut) pilar dari keberagamaan (religiousity) dari kaum Nahdhiyyin adalah pembacaan Yasin dan Tahlil yang barokah-nya ditujukan untuk arwah guru-guru, orang tua serta kerabat yang telah meninggal. Amalan ini dilandasi oleh sebuah keyakinan bahwa barokah doa yang dipanjatkan oleh orang yang masih hidup akan sampai pada si mayyit. Selain itu, lewat amalan ini, Nahdhiyyin mengejawantahkan ide untuk menjadi "anak dan generasi" soleh yang senantiasa mendoakan orang tua dan sesepuh yang telah meninggal (walad salih yad'u lahu).
Menyadari pentingnya amaliyyah ini, PCINU Jerman meng-istiqomahkan pelaksanaannya. Sejak Desember 2020, Lembaga Dakwah (LD) mempersilahkan Nahdhiyyin yang memiliki hajat Yasinan-Tahlilan untuk mengajukan surat permohonan agar hajatan tersebut dikoordinir oleh PCINU Jerman, yang telah secara resmi mengantongi ijin berdiri sebagai e.v. (Eingetragener Verain) dari pemerintah Jerman.
Inisiatif PCINU Jerman disambut hangat oleh Nahdhiyyin di Jerman. Sejak di-launching pertama kali, permintaan Yasinan dan Tahlilan terus mengalir. Di antaranya yang ditujukan untuk Alm. KH. Qahwanul Adib (Pengasuh PP. Langitan) (4/12/20), Alm. KH. Ja'far Musaddad (17/12/20), Alm. Nur Hendro Sasongko bin Manirjo (30/12/20), Alm. Habib Ja'far bin Muhammad al-Kaff (2/1/2021) dan Alm. Ibu Tampiasih/ Patimah Binti Nasrif (4/2/2021).
Selain sesuai permintaan, Yasinan dan Tahlilan juga dilakukan jika ada seorang ulama' atau tokoh Nahdhatul Ulama' yang berpulang ke Rahmatullah. Seperti yang dilaksanakan untuk Alm. KH. RM Najib Abdul Qadir (Pengasuh PP. al-Munawwir, Krapyak) (5/1/2021) dan Alm. KH. Attabik Ali, serta KH. Dr. Muhammad Alfatih Suryadilaga (6/1/2021).
Selepas pembacaan Yasin-Tahlil, Nahdhiyyin yang mengenal sosok-sosok yang dikirimi "hadiah" Yasin-Tahlil, biasanya diminta bercerita tentang kebaikan-kebaikan mereka semasa hidup. Tujuannya, agar Jama'ah yang hadir bisa mengambil pelajaran dari perjuangan dan dedikasi orang-orang mulia tersebut.
Rangkaian formalitas acara ini lalu dipungkasi dengan "silaturrahim" dan "ramah-tamah" dari para Nahdhiyyin yang saling bertanya kabar, berkelakar tentang kelezatan kopi dan aneka jajanan "virtual".
Seperti di Indonesia, acara Yasinan dan Tahlilan di Jerman juga adalah ajang "kumpul-kumpul", bersosial dan tentu saja adalah wujud syiar Aswaja al-Nahdhiyyah.