Ditzingen, 21 September 2018
Mungkin kita tidak kaget bila mendengar sebuah tim peneliti bernama “DELPHI”, singkatan dari 3DLaser Lithography for Photonic Integration. Tim yang berasal dari Karlsruhe Institute of Technology (KIT), Jerman, ini dianugerahi penghargaan terbaik kedua Berthold-Leibinger Innovation Prize. Bisa saja hal ini disebabkan karena peristiwa ini terjadi sekitar 11.000 km jauhnya dari lokasi kita tinggal sehingga tidak memberi banyak pengaruh. Namun bagi Muhammad Rodlin Billah, seorang kader NU Jerman, Jumat malam (21/9) lalu tersebut menjadi hal yang sulit dilupakannya.
Oding, sapaan akrabnya, adalah satu dari delapan orang peneliti yang tergabung dalam tim DELPHI. Pemuda yang lahir 32 tahun lalu di Jombang ini merupakan satu-satunya peneliti asli Indonesia, sedangkan tujuh orang lainnya berasal dari Jerman. Berthold Leibinger Innovation Prize merupakan sebuah penghargaan yang diberikan oleh yayasan nirlaba Berthold Leibinger kepada mereka yang berhasil membuat terobosan besar dalam bidang laser dan aplikasinya. Penghargaan berbentuk sayembara yang dianugerahkan setiap dua tahun sekali sejak tahun 2000 ini dibuka untuk peniliti-peneliti dari seluruh dunia.
Tim yang dipimpin oleh Prof. Dr. Christian Koos ini mendapatkan penghargaan terbaik kedua disebabkan keberhasilan mereka dalam memanfaatkan teknologi laser femtosecond untuk membuat struktur tiga dimensi berupa pandu gelombang (waveguide) dan komponen-komponen optik dalam skala nanometer hingga mikrometer. Struktur-struktur yang diameternya jauh lebih kecil dari rambut manusia tersebut juga telah dibuktikan manfaatnya dalam berbagai macam aplikasi. Diantaranya yaitu mempercepat aliran transportasi data, baik di dalam sebuah pusat data maupun antar pusat data, sehingga internet dapat diakses dengan lebih cepat serta lebih murah. Tak hanya itu, mereka juga telah berhasil mengadopsi teknologi ini sedemikian rupa agar dapat digunakan dalam dunia industri.
Malam penghargaan tersebut dihadiri sekitar 600 orang yang mayoritasnya adalah peneliti-peneliti dari berbagai bidang dan dari berbagai penjuru dunia beserta keluarganya, pejabat kota Ditzingen, hingga pemenang hadiah Nobel tahun 2014 dalam bidang kimia, Prof. Dr. Stefan W. Hell. Oding yang masih berstatus sebagai mahasiswa S3 di KIT bersama timnya didudukkan di deretan paling depan. Hal ini membuat alumni Teknik Fisika ITS itu sangat gugup mengingat ia menempati deretan yang sama dengan peneliti-peneliti besar seperti Prof. Karl Deisseroth dari Universitas Stanford.
Cicit KH. Bisri Syansuri Denanyar ini sangat terharu saat menerima penghargaan tersebut. Ia merasa bahwa pencapaian ini tidak mungkin diraihnya melalui usahanya semata, melainkan lantaran doa-doa dari para sesepuh, keluarga besar, guru-guru, sahabat-sahabat, dan tentu saja kedua orang tuanya.
Saat ditanya bagaimana dampak penghargaan tersebut untuknya, ketua tanfidziyah PCINU Jerman ini hanya berharap agar hal ini bisa menjadi indikasi bila ilmu yang dipelajarinya bermanfaat dunia-akhirat serta dapat mempermudahnya untuk meraih gelar Doktoringeniur (Dr.-Ing) untuk kemudian mengabdi di Indonesia.