Lahir : Lasem, Rembang 4 Juni 1959
Tinggal di Jerman : Sejak 2001
Pendidikan Pesantren:
1. Ponpes Al-Islah / Madrosah Infarul Ghoy Lasem : 1968-1974
2. Ponpes Al-Munawir Krapyak Yogyakarta : 1975 -1983
3. Belajar membaca Al-Qur’an: oleh : simbah Nyai Haji Muchdor Lasem dan Kyai Munawir bin KH Muchdor
4. Belajar kitab Sulamut Taufiq : oleh K Munawir bin KH Muchdor Lasem
5. Belajar Tafsir Surat Yasin . Oleh KH Abdur Rohim Lasem
6. Belajar kitab Nashoichul Ibad : Oleh KH Munir Lasem
7. Belajar kitab Tafsirul Jalalain: Oleh KH Ali Ma’sum Yogyakarta
8. Belajar kitab: Riyadhus Sholichin: oleh KH Ali Ma’sum Yogyakarta
9. Belajar Kitab Bulughul Marom : Oleh KH Hasbullah Yogyakarta
Pendidikan Umum: Universitas Gadjahmada : Jurusan Teknik Elektro : 1977-1983
Pekerjaan:
1. IPTN – sebagai Avionic/Electric Engineer 1983-2000
2. Fokker –Elmo – Belanda : Avionics System Engineer : 2000-2001
3. Fairchild Dornier – Jerman : Avionics System Engineer : 2001-2003
4. Airbus –Hamburg- Jerman : Avionics System Engineer : 2003-2009
5. EADS- Manching- Jerman : Avionics System Engineer : 2009-2010
6. 328-Design-GmbH – Munich- Jerman Avionics/Electric System Engineer : 2011-2015
7. GDC GmbH – Munich Jerman: Avionics/Electric System Engineer : 2015-2017
8. DornierSeawings – Munich Jerman: Avionics/Electric System Engineer : 2017- sampai sekarang.
Organisasi: Rois Syuriah PCINU Jerman
Memiliki latar belakang sebagai seorang santri menjadikan KH. Saeful Fatah tidak saja aktif menyampaikan kajian-kajian kitab kuning bagi warga Muslim di Jerman, namun juga menjadikannya teladan dengan kerendahan hati dan toleransi dalam bermasyarakat sebagaimana nilai-nilai yang ditanamkan dalam pesantren. Sebagai seorang yang memiliki latar belakang pendidikan sains dan teknologi, KH. Saeful Fatah menjadi contoh seorang profesional yang konsisten pada bidangnya. Dua hal penting inilah yang setidaknya menjadikan beliau sebagai ‘kompas’ bagi warga Muslim Indonesia yang hidup di Jerman sekaligus bisa menjadi motivator bagi para santri.
Apa pengalaman yang paling berkesan ketika menjadi santri di pondok pesantren?
Ketika di Lasem tahun 1971-1974 saya merasakan pendidikan pesantren dengan kegiatan yang padat namun nikmat. SD kelas 6 saya ikut Madrosah kelas 3, dilanjutkan ketika saya SMP kelas 1-3 ikut mandrosah kelas 4-6. Setiap malam habis Magrib sampai pukul 20.00 saya belajar untuk pelajaran SD dan SMP. Setelah itu pukul 20.30-21.00 saya belajar untuk pelajaran madrosah. Kegiatan itu dilanjutkan pukul 21.00-23.00, saya ikut Mudzakkaroh bersama teman-teman mandrosah di pondok pesantren Al Islah. Kehidupan di pesantren yang penuh dengan kebersamaan.
Apa ciri khas dan keunggulan dari belajar di pondok pesantren?
Melalui mudzakkaroh kita mendapatkan kebebasan berfikir, dan berdiskusi, dan kitab-kitab yang di ajarkan di madrosah Infarul-Ghoy sangat tinggi. Ketika saya sudah di Yogyakarta, banyak berdiskusi dengan temen-temen mahasiwa IAIN (UIN), mereka juga baru mendapatkan mata kuliah yang saya pelajari di Madrosah contoh: Kitab Idhohul Mubham dalam pelajaran Ilmu Mantiq.
Nilai-nilai apakah yang didapatkan dari pesantren dan sangat mempengaruhi dalam menjalani hidup di Jerman?
Kedisiplinan, dan Ilmu-ilmu diniyah –Addhoruriyyah. Menjadikan kami tidak canggung dalam berkumpul antar bangsa dan insya Allah tidak tercemari dengan budaya-budaya yang bertentangan dengan hukum Islam.
Bagaimana awal mula kiai bisa tinggal dan berkarir di Jerman?
Semua itu Allah yang mengatur. Saya diwawancari oleh direktur Fokker Elmo yang pada waktu itu kekurangan Engineer. Kemudian saya mau kerja di Belanda dalam waktu 2 tahun, pada waktu itu mengerjakan proyeknya pesawat Jerman . Pekerjaan saya selesaikan dalam waktu 1.5 tahun terus pulang ke Indonesia, ternyata terjadi permasalahan di IPTN (2/3 jumlah karyawan dirumahkan termasuk saya. Terus saya telpon temen-temen orang Jerman (partner saya di Fokker Elmo). Akhir dia minta saya datang ke Jerman dan saya mau. Dari situlah saya mulai bekerja dan tinggal di Jerman.
Apakah sulit menjalani kehidupan sebagai seorang muslim di Jerman?
Tidak, kalau kita tahu Ilmu-ilmu diniyah –Addhoruriyyah. Disini kita bisa membedakan mana yang wajib, yang sunnah atau mubah.Kalau kita tidak tahu Ilmu-ilmu diniyah –Addhoruriyyah. Kita akan kesulitan, karena kita anggap semua wajib dan harus di jalankan. Padahal tidak seperti itu.
Apa tantangan utama menjalani kehidupan sebagai seorang muslim di Jerman?
Awal-awal di jerman, yang sulit adalah sholat. Dengan berjalannya waktu, dan kepercayaan mereka kepada kita, mereka akhirnya mengerti apa itu sholat. Bahkan ketika mereka tahu ketika kita Sholat, mereka ada yang menjadi tertarik diskusi tentang Islam.
Adakah kemudahan-kemudahan dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim di Jerman?
Masyarakat Jerman menghormati bahwa memeluk agama itu adalah hak asasi manusia.
Pengalaman yang paling diingat sebagai muslim dari Indonesia selama tinggal di Jerman?
Pada tahun 2001 informasi tentang tempat pelaksanaan Sholat Idul Fitri di Munchen masih belum terlalu mudah diperoleh. Kalau di Indonesia kita bisa dengan mudah mendapatkan tempat untuk Sholat Ied. Akhirnya saya dengan teman-teman IPTN berusaha mencari gedung untuk kemudian kita sewa untuk pelaksanaan Sholat Idul Fitri. Alhamdulillah kita mendapatkan gedung yang bisa kita gunakan dan itu pertama kali yang diselenggarakan oleh warga Indonesia di Munchen.
Di Jerman kita hidup dalam masyarakat yang beragam, nilai atau ajaran Islam apa saja kah yang penting untuk terus dikembangkan di tengah masyarakat dengan latar belakang agama dan budaya yang berbeda-beda?
Pertama, pengajaran tentang Tauhid. Ini tergantung pada siapa yang kita ajak bicara atau kita hadapi. Kalau yang kita ajak adalah orang-orang dikampus, maka kita harus berbicara sesuai pengetahuan dan latar belakang mereka. Kalau mereka berasal dari fakultas bahasa misalnya, maka pengajaran Tauhid dapat kita sampaikan melalui bagaimana Allah menciptakaan keindahan bahasa sehingga mereka bisa mempercayai Al Quran. Kalau kita bicara dengan orang-orang scince, maka kita bisa berbicara masalah saintis. Bagaimana kehidupan alam semesta ini. Kalau kita berbicara dengan orang matematika, maka kita harus belajar tentang matematika untuk bisa menjelaskan tentang Tauhid.
Kedua, tentang hubungan bermasyarakat. Karena kalau kita langsung menyampaikan dan mengajarkan tentang ibadah maka mereka akan merasa berat. Bagaimana hubungan dengan masyarakat, Islam berhubungan dengan masalah sosial, dan bagaimana menolong orang lain. Ketiga, ibadah. Ketika kita bicara ibadah maka intinya adalah syukur kepada Allah SWT. Disitu insyaalah yang bisa mereka terima.
Bagaimana Nabi Muhammad SAW memberikan contoh hidup sebagai Muslim di tengah perbedaan agama?
Kita disini, perlu banyak mencontoh, bagaimana Rosulullah S.A.W hidup di periode Makkah maupun di Madinah.Sebagai contoh sikap muslim terhadap tetangga, orang yang hidup di sekitar rumah kita. Rosulullah sering didatangi Malaikat Jibril yang memberikan pesan tentang hak-hak tetangga. Sampai Rosullulloh mengira tetangga punya hak warisan. Bukan Rosullulloh tidak paham, tetapi memberikan pelajaran bagi kita pentingnya menjaga hubungan baik dengan tetangga. Ada tiga tetangga. Pertama, tetangga yang memiliki tiga hak yaitu mereka adalah tetangga kita, sudara kita dan juga sama-sama Muslim. Kedua, mereka tetangga kita dan juga suadara kita meskipun mereka bukan muslim. Ketiga, mereka adalah tetangga kita meskipun mereka bukan saudara kita dan juga bukan sesama Muslim. Artinya kita tetap memiliki kewajiban untuk berbuat baik kepada tetangga kita meskipun mereka bukan saudara kita dan bukan seagama dengan kita.
Dalam Islam terdapat perintah untuk “atiullaha waatiurosul wa ulil amri minkun”, taat kepada Allah, taat kepada Rosul dan taat kepada pemimpin. Apa makna taat kepada pemimpin?
Taat kepada pemimpin di sini adalah melaksanakan kewajiban sebagai warga negara/atau diberi izin tinggal dinegara Jerman, karena itu perintah Al-Qur’an dan Rosulullah. Rosulullah berpesan, apabila ada seorang Imam yang "Jaair" (non-Muslim) memerintahkan kamu untuk taat kepada Allah, maka laksanakanlah, karena taatmu adalah taat kepada Allah, bukan karena taat kepada Imam. Apabila dia memerintahkan untuk menyalahi perintah Allah, tetapi tidak memaksamu sampai mengganggu nyawamu, maka tidak perlu didengar dan tidak perlu di taati. Apabila dia memerintahnya dengan paksa dan perintahnya itu bertentangan dengan hukum Allah (seperti harus membunuh/ atau berperang melawan saudara muslim), maka tidak perlu didengar dan tidak perlu taat. Apabila dia memaksa melakukan sesuatu yang mubah, maka tidak apa-apa untuk melaksanakannya, dan hati kita diwajibkan untuk tidak senag dalam melaksanaknnya. Karena ketidak senangan mu mengikuti perintah mereka adalah mengagungkan perintah Allah.
Apakah santri santri di Indonesia bisa bersaing menjadi para sainstis/profesional di dunia?
Kenapa tidak?. Pandangan orang sini (dan pada umum nya orang) adalah manfaat duniawi yang bisa mereka rasakan. Maka untuk bisa diakui di Jerman sini, harus mempunyai inovasi yang dirasakan didunia, baru mereka bisa diajak bicara masalah ukhrowi.
Apa modal dan keunggulan yang dimiliki santri-santri di Indonesia saat ini?
Basic Islam yang kuat dan akhlaqul karimah yang diwariskan dari para Kiyai. Selain itu adalah kemampuan membaca kitab dengan literatur bahasa Arab yang bagus. Dalam hal kemandirian santri tentu sudah terbiasa dan teruji. Jika santri ingin belajar atau bekerja di luar negeri, maka keunggulan tersebut harus diperkuat dengan kemampuan bahasa secara aktif dimana dia akan sekolah atau bekerja.